10 Tanda Anak Kurang Zat Besi yang Wajib Diketahui

Pentingnya Zat Besi untuk Pertumbuhan Anak
Zat besi seperti baterai dalam tubuh, memberikan energi yang diperlukan agar anak tetap aktif dan sehat. Jika kadar zat besi rendah, anak bisa mengalami kelelahan dan tidak bersemangat. Sayangnya, banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak mereka mungkin mengalami kekurangan zat besi. Kondisi ini bisa memicu anemia, memengaruhi kemampuan konsentrasi, bahkan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kekurangan zat besi masih menjadi masalah gizi yang paling umum di Indonesia, terutama pada anak-anak usia balita hingga remaja. Penyebab utamanya bisa bervariasi, mulai dari pola makan yang tidak seimbang hingga konsumsi makanan instan yang berlebihan. Selain itu, kebiasaan minum susu tanpa diimbangi dengan asupan makanan bergizi juga bisa berkontribusi pada kondisi ini.
Peran Zat Besi dalam Tubuh
Zat besi memiliki peran penting dalam produksi hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika kadar zat besi rendah, oksigen tidak dapat menyebar secara optimal, sehingga anak mudah lelah dan kurang aktif. Selain itu, zat besi juga berperan dalam:
- Perkembangan otak dan kecerdasan
- Sistem imun atau daya tahan tubuh
- Pertumbuhan fisik
Dengan demikian, jangan anggap sepele kekurangan zat besi, karena dampaknya bisa sangat serius jika tidak segera diatasi.
Tanda-Tanda Anak Kekurangan Zat Besi
Orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda berikut jika anak mengalami defisiensi zat besi:
-
Cepat Lelah & Loyo
Anak sering terlihat lemas, malas bermain, atau mudah mengantuk meski aktivitasnya tidak berat. -
Wajah Pucat
Perhatikan wajah, bibir, atau bagian dalam kelopak mata. Jika tampak pucat, bisa jadi tanda hemoglobin rendah. -
Sulit Berkonsentrasi
Anak sulit fokus saat belajar atau mudah terganggu oleh lingkungan sekitar. -
Nafsu Makan Menurun
Kekurangan zat besi bisa membuat anak sulit makan atau memilih-milih makanan. -
Pertumbuhan Lambat
Berat badan tidak naik sesuai kurva pertumbuhan, tinggi badan stagnan, atau perkembangan motorik tertunda. -
Pusing atau Sakit Kepala
Kurangnya oksigen bisa menyebabkan pusing atau sakit kepala yang sering terjadi. -
Detak Jantung Cepat
Jantung bekerja lebih keras untuk menyuplai oksigen akibat jumlah hemoglobin yang rendah. -
Mudah Sakit
Sistem imun melemah, membuat anak rentan terkena flu, batuk, atau infeksi lainnya. -
Kulit & Kuku Rapuh
Kuku terlihat tipis, mudah patah, atau bahkan berbentuk cekung (koilonychia). -
Perilaku Rewel & Mood Swing
Anak mudah marah, rewel, atau mengalami perubahan suasana hati tanpa alasan jelas.
Penyebab Kekurangan Zat Besi
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan kekurangan zat besi antara lain:
- Kurangnya asupan makanan kaya zat besi seperti daging merah, hati ayam, ikan, telur, dan sayuran hijau.
- Minum susu berlebihan yang mengurangi nafsu makan makanan bergizi.
- Perdarahan kronis, misalnya akibat infeksi cacing.
- Pertumbuhan cepat di masa balita dan remaja meningkatkan kebutuhan zat besi, namun sering kali tidak tercukupi.
Cara Cegah dan Atasi Kekurangan Zat Besi
Untuk mencegah dan mengatasi kekurangan zat besi, orang tua bisa melakukan beberapa langkah berikut:
-
Perbaiki Pola Makan
Tambahkan makanan kaya zat besi hewani, seperti daging merah, serta kombinasikan dengan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan. -
Batasi Susu Berlebihan
Pastikan anak hanya minum susu sesuai kebutuhan, jangan sampai mengurangi nafsu makan makanan bergizi. -
Rutin Periksa Kesehatan
Lakukan pemeriksaan rutin untuk memantau pertumbuhan dan lakukan skrining anemia jika ada tanda mencurigakan. -
Suplementasi Zat Besi
Sesuaikan dengan anjuran dokter, terutama untuk anak dengan risiko tinggi. -
Edukasi Anak Sejak Dini
Biasakan anak suka makanan sehat seperti sayur, buah, dan hindari junk food.
Kekurangan zat besi tidak selalu terlihat jelas, tetapi dampaknya bisa sangat serius jika diabaikan. Orang tua perlu peka terhadap perubahan kecil pada anak. Jangan tunggu sampai kondisi memburuk baru panik. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Dengan asupan nutrisi seimbang, pola hidup sehat, dan perhatian penuh dari orang tua, anak bisa tumbuh aktif, ceria, dan bebas dari anemia.
Komentar
Posting Komentar